oleh Patricia Taslim

Yg dimaksud dgn seks :
1. Menjadi laki2 / perempuan.
2. Hubungan kelamin.

Jadi, bhw apa yg kita ajarkan kpd anak adalah seksualitas yg didlmnya membicarakan masalah seks, serta mencakup juga pendidikan nilai & moral serta kepatutan shg anak memiliki seksualitas yg BENAR, SEHAT & LURUS.

Benar, artinya sesuai dgn norma & nilai2 di dlm agama.

Sehat, artinya anak terbiasa utk menjaga kesehatan organ reproduksinya.

Lurus, artinya : anak memiliki seksualitas yg sesuai dgn fitrahnya sejak lahir.

Seksualitas :
1. Totalitas pribadi.
2. Apa yg kita percayai, rasakan, pikirkan & bagaimana bereaksi.
3. Bagaimana kita berbudaya, bersosialisasi & berseksual.
4. Tampil ketika kita berdiri, tersenyum, berpakaian, tertawa & menangis.

Ada bbrp kiat dlm menghadapi pertanyaan anak2 :
1. Jangan kaget, jangan emosi, tenangkan diri . Krn ketenangan diri akan mengiring ortu kpd jawaban yg tepat & tdk emosional.
2. Jujur. Apabila ortu merasa risih / tdk mampu menjawab pertanyaan anak, maka sebaiknya katakan dgn jujur keadaan kita .
3. Lakukan konfirmasi thd pertanyaan anak. Tanyakan kembali, "yg kamu maksud apa, nak ?". Hal ini guna menghindari salah persepsi antara ortu dgn anak. Misal, "asalku dari mana ?". Mungkin anak menanyakan asal suku & daerah.
4. Gunakan prinsip KISS (Keep Information Short & Simple).
5. Manfaatkanlah Golden Opportunity. Kesempatan emas adalah hal2 biasa / hal2 luar biasa yg terjadi dlm kehidupan sehari-hari secara spontan, kemudian diubah mjd pengalaman belajar ttg seksualitas.
6. Memakai istilah yg benar.
7. Gunakan contoh yg terdekat dgn anak.
8. Kuncilah dgn nilai moral.
 

oleh: Seno Pamungkas
Kita tahu bahwa seringkali teori selalu tidak sejalan dengan prakteknya. Bisa saja ketika kita sedang bersama anak, yang muncul bukan cinta, tapi justru jengkel. Tidak menjamin juga bahwa dengan selalu mendampingi anak akan menimbulkan cinta. Kebersamaan dengan anak adalah salah satu cara untuk mengembangkan cinta kita dengan anak. Tapi cinta itu juga harus ditumbuhkan ketika kita sedang bersamanya. Tapi bukan hanya itu, kita semua yang mengaku mencintai anak kita. Bila dia berlaku yg tidak sesuai dengan harapan kita,apakah kita tau apa yang harus kita lakukan?

Bila ibu melihat seorang anak menangis keras-keras, pertanyaan yang pertama kali muncul apa? “Kenapa kamu mengangis?” Sebetulnya pertanyaan itu tanpa sadar menunjukkan “Aku tidak melihat alasan kenapa kamu menangis.” Secara implisit kita memang tidak melihat alasan dia menangis.

Naomi, seorang konselor pendidikan dalam bukunya Raising Children, Raising Ourself menunjukkan caranya ketika seorang anak sedang menangis:
-        Datangi kemudian duduk sederajat dengan anak tersebut, kemudian tanyakan “Kamu sedih ya?”
-        Temani terus anak itu
-        Ketika anak itu cerita, Ikuti sebab apa yang membuat dia menangis.
-       Terima perasaan anak, sehingga ia bisa menamai dan berdamai dengan perasaan itu.

Teknik ini disebut Teknik Menerima Perasaan. Bila melakukan dengan cara ini, anak akan menjadi maklum dan tahu apa yang harus dilakukan. Kita tidak menyangkal perasaan, tapi menerima perasaannya. Teknik ini merupakan tips dasar konselor.

Setiap orang tua terkondisi mencintai anak secara psikologis dengan kebersamaan yang intensif bersama anak. Bila anda merasa kurang cinta dengan anak dan merasa tidak pandai utk mengajar anak, teruslah bersama-sama anak, maka cinta itu akan tumbuh. Ketika anda bersama anak dan anda mengenal anak itu mengenai apa yang mereka inginkan, maka akan muncul semangat belajar. Apa yang anak pelajari, anda juga akan berminat untuk mempelajarinya.

Banyak orang tua yang ragu-ragu Home Education karena merasa tidak mampu mendampingi anak-anaknya. Tapi sebetulnya, panggilan hati mana yang lebih kuat dibandingkan dengan panggilan hati ketika menjadi orang tua untuk mendidik anaknya menjadi yang terbaik? Kalau anda bersungguh-sungguh, anak yang akan mengajari bagaimana mencintai mereka.

Selain secara psikologis, seorang ibu juga dikondisikan untuk mencintai anaknya secara fisiologis yang ditandai dengan adanya hormon Oksitosin, yaitu hormon yang memunculkan perasaan ingin berkorban untuk anaknya.

Persoalannya adalah apakah cinta saja cukup? Tentunya anda pernah mendengar orangtua yang mendisiplinkan anaknya dengan kekerasan. Ketika ditanya, karena dia sayang kepada anaknya. Karena dia cinta kepada anaknya. Atau orangtua yang menjodohkan anaknya kepada seseorang pilihan orang tua itu. Ketika ditanya, karena dia sayang kepada anaknya. Karena anaknya pantas dengan seseorang pilihannya itu.

Dari kedua kasus tersebut menunjukkan bahwa rasa cinta saja itu tidak menjamin bahwa tindakan kita itu tepat. Karena cinta saja sangat emosional dan terkadang dikacaukan oleh ambisi-ambisi kita pribadi. Contoh lainnya seperti karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman kita membuat kita berambisi untuk memberikan susu formula yang paling mahal. Padahal susu formula sebagus apapun tidak akan bisa menyaingi kualitas ASI.

Hal itu bukan karena orang tua kurang cinta, tapi karena ternyata cinta saja tidak cukup. Terlalu cinta dan sayang sehingga tidak memberikan ruang baginya untuk mengambil keputusan sendiri, karena menurut saya inilah yang terbaik.

Kalo begitu, cinta harus ditambahi apa? CM memberitahukan bahwa setiap ibu berhutang untuk memiliki Cinta Yang Berpikir., yaitu cinta yang diliputi kesadaran dan pengetahuan, bukan hanya cinta secara emosional saja.

Sadar ketika pada saat tertentu tanpa sadar hanyut pada perasaan emosional sesaat. Rasa marah justru muncul pada badan yang letih. Rasa marah dikendalikan pada Hipotalamus oleh bagian otak yang bernama Amygdala. Dimana Amygdala ini ketika bereaksi, secara naluri akan meluapkan emosi untuk berperang atau melakukan konfrontasi.. Semua pertimbangan rasional menjadi hilang. Ketika Amygdala menyala, tidak bisa dihentikan kecuali dengan lobus depan bagian fronta lobe (bagian berpikir nasional/logis).

Orang-orang yang selalu melampiaskan emosinya, bagian fronta lobe-nya akan semakin terbelakang. Akan semakin sedikit untuk berpikir logis. Karena itu ketika Amygdala menyala, perlu segera menyalakan frontal lobe agar menjadi netral.

Karena itu perlu adanya kesadaran ketika diri kita diliputi rasa marah. Hanya sadari saja, maka itu sudah cukup menghentikan amarah lebih besar dan Amygdala tidak lagi menjadi dominan. Lebih detail bagaimana menjadi lebih sabar dapat melihat catatan dari mbak Ellen Kristi yang disini.

Begitu pula pada kasih sayang yang berlebihan. Apapun yang diinginkan namun tidak dibutuhkan oleh anak dituruti oleh orang tua. Yang terjadi, ketika anak tantrum, anak akan lepas kendali dari orang tua.

Standard emas Parenting yang terdapat di dalam buku CM:
-         Pengetahuan Fisiologis.
-         Pengetahuan Psikologis.
-         Perenungan Fisiologis: Cinta dan Kebijaksanaan
-         Kematangan Spiritual.

Semua orang yang ingin membangun rumah, berdagang, menciptakan sesuatu, diperlukan sekolah. Nah, apakah lantas mendidik anak yang sebenarnya jauh lebih besar tantangannya kemudian justru tidak ada sekolahnya? Bila memang belum ada, mari kita belajar dari sekitar kita. Mari belajar pula dari buku Cinta Yang Berpikir. 
Cara memesan buku tersebut, silakan klik disini.
 
Beberapa hari terakhir ini cukup seru. Banyak media, baik media cetak, radio, maupun televisi, yang membuat liputan khusus tentang homeschooling. Salah satunya adalah efek dari pemberitaan tentang LKS (Lembar Kerja Siswa) kelas 2 SD yang memuat cerita tentang isteri simpanan.  Dalam pembahasan tentang pendidikan sekolah, salah satu hal yang kemudian dibahaskan juga adalah mengenai pendidikan alternatif melalui homeschooling.

Berikut ini rekaman dari liputan tentang homeschooling yang ditayankan dalam salah satu segmen Berita Sore Trans TV pada Jumat, 13 April 2012.

Sumber: rumahinspirasi.com

 
Oleh Ully Pitaloka

Kesadaran dan pemahaman kami bahwa putri kami membutuhkan sentuhan yang khusus untuk dapat memaksimalkan perkembangan bakat dan kemampuan yang belum tergali, pada tahun 2007, sempat terpikir oleh kami untuk mencari model pendidikan lain. Berbekalkan beberapa informasi yang kami peroleh, mulailah kami mencari informasi tentang homeschool. Dengan sedikit informasi yang ada, kami ?

Mendengar gaya belajar yang sepertinya terdengar asyik, Lala putri kami, yang saat itu baru berusia 8 tahun langsung menanggapi dengan antusias. Keterbatasan dan keraguan kamilah yang membuat kami mengulur-ulur waktu untuk segera menerapkan homeschool.

Banyak sekali alasan yang membuat kami ragu….ketidakmampuan saya menjadi guru 24 jam bagi Lala, putri kami, menjadi alasan utama yang membuat kami belum berani melangkah. Pengakuan pemerintahm ijasah, kurikulum, penolakan keluarga, masalah sosialisasi yang sering terdengar negative, dan tidak ada dukungan dari suami pun menjadi alasan kami untuk belum menjadi pelaku homeschool saat itu.

Dengan berat hati, karena tidak ada pilihan, kami tetap mengantar Lala ke sekolah setiap hari seperti biasa. Keluhan-keluhan Lala bahwa dia sering disepelekan di sekolah karena dianggap masih kecil (karena usianya masih lebih muda dibandingkan dengan teman-teman sebayanya) dan tidak punya hak bicara, dan sering dianggap tidak bisa apa-apa, menjadi keluhan harian yang sudah menjadi hal yang biasa kami dengar setiap hari tanpa bisa berbuat apa-apa, selain diam.

Sementara waktu berjalan, Lala tetap kami antar ke sekolah, tapi kami terus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang homeschool.

Sampai akhirnya, menjelang UASBN SD, Lala mengeluh: sekian banyak pelajaran yang “seolah” tidak ada gunanya lagi karena pada semester kedua, sekolah focus pada drilling 3 mata pelajaran persiapan UASBN.

Keluhan ini lah yang akhirnya membuka kembali keinginan kami untuk menjalankan homeschool bagi Lala pada jenjang SMP.

Pencarian informasi pun kami gencarkan, dan akhirnya, dengan dukungan penuh dari suami dan semangat Lala untuk berhomeschool, mulailah kami melangkah memasuki dunia homeschool yang penuh tantangan yang mengasyikkan.

Kini, hampir satu tahun sudah Lala dengan pendampingan kami sebagai orangtua, melakukan homeschool mandiri. Semakin hari, kami semakin yakin dan mantap dengan pilihan ini.

Dan tulisan ini, semoga bermanfaat bagi keluarga yang lain, tanpa merasa bahwa kami sudah menjadi yang terbaik.

 
Oleh Patricia Taslim

Dalam bahasa Indonesia terjemahan yang biasanya digunakan untuk Homeschooling adalah “sekolah rumah”, istilah ini dipakai secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), untuk menyebutkan Homeschooling.
Selain sekolah rumah, Homeschooling juga diterjemahkan dengan istilah sekolah mandiri.
Tak ada definisi tunggal mengenai Homeschooling karena model pendidikan yang dikembangkan di dalam Homeschooling sangat beragam dan bervariasi.
Berikut beberapa pengertian homeschooling menurut beberapa pelaku homeschooling berdasarkan pengalaman mereka masing2. Dan dari beberapa sumber lain yang berhasil saya rangkum.

  1. Aar Sumardiono.
    Pengertian umum Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memiliki tanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.
    Pada Homeschooling orangtua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya.Yang dimaksud bertanggung jawab secara aktif adalah keterlibatan penuh orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan ketrampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktek belajar keseharian anak-anak.

  2. Yayah Komariah.
    Pengertian umum Homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur, dan terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, di mana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.

  3. A. Abe Saputra, Homeschooling adalah alternatif pendidikan lain dari organisasi sekolah. Anak belajar di bawah pengawasan orang tuanya. Anak dan orang tua yang akan menentukan isi atau materi pelajaran mereka. Mereka pun memiliki control penuh akan isi pelajarannya.
    Perlu ditekankan, homeschooling bukanlah memindahkan sekolah ke rumah.Kegiatan belajar mengajar agar berbeda dengan di sekolah. Orang tua pun tidak perlu selalu menjadi guru tetapi orang tua lebih berperan sebagai fasilitator.
    Tujuan pendidikan untuk anak adalah agar membuat anak cinta belajar bukan demi menciptakan anak jenius yang menguasai semua bahan yang diajarkan. Untuk pembelajaran, keluarga Homeschooling dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di dunia nyata, seperti fasilitas pendidikan (perpustakaan,museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya),fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), maupun fasilitas bisnis(mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan). Selain itu keluarga homeschooling dapat menggunakan guru privat, tutor, mendaftarkan anak pada kursus atau klub hobi (komik, film, fotografi), dan sebagainya. Internetdan teknologi audio visual yang semakin berkembang juga merupakan sarana belajar yang biasa digunakan oleh keluarga homeschooling. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah,dilakukan oleh orang tua sebagai penanggung jawab utama atau keluarga atau tutor dalam suasana yang kondusif, lokasi dan waktunya disesuaikan dengan materi yang diajarkan dengan tujuan mengembangkan potensi anak yang unik secara maksimal.

Ini hanyalah beberapa contoh yang saya angkat ke dalam tulisan ini. Masih banyak rumusan dan pengertian tentang homeschooling yang dapat kita temukan, yang tidak mungkin saya tuliskan secara detil di sini. Bila Anda ingin mengetahui lebih banyak lagi pengertian tentang homeschooling dari berbagai tokoh, silahkan ketik kata kunci "homeschooling", “home education”, “home educator” atau "pengertian homeschooling" melalui browser Anda, dan temukan ratusan definisi dari berbagai pakar di seluruh dunia.

Namun, ada satu benang merah yang dapat saya tarik dari sekian banyak pengertian homeschooling yang telah saya baca, sebagai berikut:

1. Di Indonesia, sebagian besar pelaku homeschool menterjemahkan arti kata homeschool dengan "Sekolah rumah" atau "Pendidikan Rumah" atau "Pendidikan Mandiri". Jadi kata2 ini dapat juga digunakan sebagai kata kunci, bila Anda ingin menemukan lebih banyak lagi informasi tentang homeschool.
2.Homeschool adalah pendidikan yang berbasis rumah. Sebagaimana di pahami bahwa di dalam rumah adalah tempat di mana berkumpulnya sebuah keluarga, maka homeschool melibatkan seluruh anggota keluarga yang ada di rumah (terutama anak dan orangtua) dalam proses pembelajarannya. Ada pun tempat belajarnya, bisa di mana saja, tidak selalu harus di rumah. Bisa juga di berbagai tempat lain seperti museum, tempat-tempat wisata, lingkungan rumah, dan lain sebagainya.
3. Dalam penerapannya, kurikulum homeschool dapat mengacu pada kurikulum nasional, dan atau disusun sendiri, sesuai dengan minat/bakat/target yang ingin dicapai.

 
Oleh Ully Pitaloka

Banyak keluarga memilih HS seperti cara banyak keluarga yang sekarang melakukan HS, misalnya, menyetujui ide belajar mandiri, melihat artikel di Koran/internet, bertemu dengan keluarga HS yang menyenangkan, anak yang selalu menjadi korban bullying di sekolah, dan masih banyak alas an lainnya. Apapaun alas an yang mendasari kita memulai HS, kita kemudian mulai menemukan bahwa dibalik seluruh kelebihan HS yang kita inginkan, HS menjadi suatu cara hidup, suatu pendekatan terhadapa kehidupan anak-anak kita yang sangat berharga dan penuh nilai.

Tanyakanlah pada orangtua pelaku HS kenapa mereka memilih HS, dan anda akan mendapatkan banyak sekali jawaban.

  “Alasan utama kami melakukan HS adalah sosialisasi. Kami ingin setiap anak kami hidup, tumbuh, dan berkembang, dan memutuskan untuk diri mereka sendiri, siapa mereka, dan meyakini dengan sepenuh hati agama kami. Kami sayang anak-anak kami dan menikmati berada ditengah-tengah mereka sepanjang waktu. Kami ingin keluarga menghormati kelebihan dan kekurangan setiap individu yang ada dirumah kami; Nabilah yang menyukai corat-coret tulisan dimana saja, Agil yang lebih menyukai membaca buku dengan belaian. Kami ingin pergi berkemah kapan saja kami mau, bergulat tanah, pasir, air, dan lumpur, dimanapun, berada langsung di alam, berada lansung dihadapanNya, tanpa harus terikat dengan jam sekolah. Kami ingin Nabilah tumbuh sebagai jurnalis yang pandai menulis dan fotografi, (dan juga jago masak), karena memang ia menginginkannya, bukan karena ada oranglain yang menyuruhnya. Kami senang melihat anak-anak kami menemukan jawaban-jawaban yang luar biasa sebagai jawaban atas kehidupan nyata.”

Nyemplung kedalam HS

Membaca blog ini mungkin akan memberikan “setruman” baru bagi pengalaman anda sebagai orangtua. Ketika membaca blog ini, cobalah untuk memikirkan tentang apa yang anda inginkan dari anak anda, kemampuan dan pengetahuan apa yang anda inginkan mereka dapatkan sebagai orang dewasa, dan bagaimana HS dapat membantu anak-anak anda mencapai tujuan-tujuan itu. Pikirkan juga, bagaimana keluarga anda bekerjasama, dan metode apa yang yang nyaman bagi keluarga anda. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat membantu anda dalam membuat keputusan HS bagi anak-anak anda.
  • Kenapa anda mempertimbangkan HS ? Apakah alasan anda berdasarkan pendidikan, sosial, politis, agama, atau kombinasi diantara hal-hal tersebut?

  • Siapa yang akan membuat keputusan tentang HS? Dapatkah setiap anggota keluarga hidup dengan konsekuensi tersebut? (misalnya jika anda tinggal serumah dengan keponakan atau saudara lain)

  • Apa yang anak rasakan dengan ide HS ini? Bagaiman harapan-harapan mereka dibandingkan dengan harapan anda? Apakah mereka memiliki teman dan aktivitas diluar sekolah? Apakah HS akan menjadikan mereka butuh penyesuaian yang besar?

  • Bagaimana teman-teman dan saudara-saudara anda rasakan tentang HS? Akankah perasaan atau pendapat dari orang lain (mertua, orangtua sendiri, teman, keluarga besar, “ahli pendidikan”) mengakibatkan masalah bagi anda? Bagaimana cara anda mengatasinya?

  • Berapa banyak perencanaan yang ingin anda lakukan? Dapatkah anda mempercayai diri anda sendiri dan anak-anak anda untuk belajar, atau apakah berlangganan materi belajar via online lebih sesuai gaya anda?

  • Bagaimana menjadi guru bagi anak-anak anda mempengaruhi hidup anda? Pengorbanan apa yang harus anda lakukan? Apakah uang akan menjadi masalah? (misal, anda ingin berhenti bekerja untuk melakukan HS dengan anak-anak anda)

  • Dan pertanyaan yang paling menentukan dan paling serius untuk dipertimbangan sebelum anda melakukan HS adalah: Apakah anda benar-benar menikmati menghabiskan waktu dengan anak-anak anda? Ini bukan pertanyaan seperti “Apakah anda mencintai anak anda?” atau “Apakah anda menyukai anak-anak anda?”. Pertanyaan mendasar adalah APAKAH ANDA MENIKMATI MENGHABISKAN SEBAGIAN BESAR WAKTU ANDA DENGAN ANAK-ANAK ANDA SETIAP HARI, SEPANJANG WAKTU”. Apapun alasan anda untuk memilih HS bagi anak-anak, HS tidak akan berhasil jika setiap hari dilalui dengan kemarahan, kekesalan, dan keluhan, yang berarti anda tidak menikmati kebersamaan dengan anak-anak anda.
 
Start blogging by creating a new post. You can edit or delete me by clicking under the comments. You can also customize your sidebar by dragging in elements from the top bar.

    KOPER MANDIRI

    KOPER MANDIRI adalah Komunitas Homeschooling yang memfasilitasi semua aktivitas Pendidikan Karakter Anak. Sekalipun merupakan Komunitas Homeschooling, namun KOPER MANDIRI menerima anggota dari berbagai macam latar belakang metode pendidikan, sekalipun tidak menjalankan Homeschooling.

    Archives

    April 2012

    Kategori

    All
    Cerita Hser
    Homeschooling
    Liputan Hs
    Resume